Sebelum calon karyawan direkrut oleh sebuah perusahaan biasanya calon karyawan tersebut harus melewati serangkaian proses rekrutmen seleksi yang panjang. Mulai dari tes tulis, wawancara dengan HRD, wawancara langsung dengan user, pelaksanaan psikotes, dan tentunya medical check up. Proses tersebut adalah suatu proses yang berkelanjutan, sehingga membutuhkan waktu dan tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Oleh karenanya seringkali dilakukan pemangkasan proses, sehingga bisa melakukan penghematan. Dan medical Check up merupakan proses yang seringkali dianggap kurang penting, sehingga tidak menjadi prioritas di saat awal seleksi. Sudah tepatkah keputusan tersebut ?
Marilah kita perhatikan keluhan beberapa SDM di perusahaan mengenai tingkat absensi karyawannya berikut ini : Pegawai mereka yang baru direkrut setahun yang lalu sudah sering tidak masuk karena sakit hepatitis B, dan pegawai yang di rekrut 2 tahun lalu juga mengalami hal yang sama. Padahal mereka adalah posisi manajer, sehingga perusahaan harus menggantikan biaya penggantian kesehatan yang cukup besar. Belum lagi tugas mereka harus digantikan oleh orang lain, dimana jam kerjanya juga harus kita perhitungkan, dan itu berarti menambah biaya pegawai. Atau andaikata pekerja tersebut memaksakan untuk masuk bekerja, maka hasilnyapun tidak optimal, karena nampak lesu dan kurang bersemangat dalam bekerja.
Permasalahan lain adalah seorang karyawan yang baru bekerja 3 bulan di diagnosa mengalami penyakit Paru. Lalu karyawan itu menyalahkan perusahaan, tempat ia bekerja karena setelah bekerja di sana ia menderita penyakit tersebut. Perusahaan tidak bisa mengelak karena tidak memiliki record kesehatan karyawan sebelum ia bekerja disana. Hal ini tidak akan terjadi jika sebelum karyawan tersebut diterima bekerja, ia melakukan Medical Check Up terlebih dahulu. Sehingga perusahaan bisa mengetahui riwayat kesehatan calon karyawannya dan menditeksi sejak dini akan potensi munculnya berbagai jenis penyakit dikemudian hari. Dengan langkah demikian maka perusahaan dapat mengetahui record kesehatan apakah memang karyawan tersebut sudah terkena penyakit Paru sebelumnya dan tidak diobati. Karena ada kemungkinan juga bahwa lingkungan kerja calon karyawan sebelumnya akan berpengaruh pada kesehatan calon karyawan yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa permasalahan kesehatan / penyakit yang mungkin timbul akibat pekerjaan dan lingkungan kerja, baik pabrik maupun kantor.
- Tuli karena kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja ( bukan oleh faktor usia )
- Bissinosis, penyakit paru – paru akibat debu kapas
- Penyakit paru restriksi, penyakit kanker paru akibat inhalasi zat-zat kimia
- Penyakit kanker kulit akibat kulit terpapar bahan kimia.
Kondisi fisik yang terganggu tentunya akan berpengaruh juga pada perfoma kerja. Dengan kondisi seperti itu maka karyawan sendiri menjadi kurang produktif dalam menunjukkan unjuk kerjanya secara optimal. Dan hal ini bisa berdampak lebih luas bahwa tugas-tugas yang harus ia kerjakan menjadi terbengkalai. Paling tidak pihak atasan harus berpikir ekstra untuk menentukan bagaimana cara mendelegasikan tugas-tugas kepada rekan sekerja lainnya. Tentu saja ada peningkatan pada beban kerja yang harus ditanggung oleh rekan sekerja, mungkin dahulu masing-masing personel hanya mengerjakan tugas pribadi saja, namun sekarang ditambah lagi harus menanggung beban kerja dari rekan yang tidak masuk dikarenakan sakit. Tidak jarang juga perusahaan harus memberikan jam ekstra/ over time pada karyawan, terutama karyawan yang masuk dalam shift. Dan tentu saja cost yang harus dikeluarkan perusahaan juga meningkat. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan penting sekali untuk dilakukan sebelum calon karyawan diterima dalam suatu perusahaan.